Mengikuti Tuhan harus bersandarkan pada kekuatan Roh Kudus

Ketiga-tiga hal yang disampaikan dalam Injil kepada kita memang ada hubungannya satu sama lain.

Jun 24, 2016

HARI MINGGU BIASA 13
TAHUN C
1 RAJA 19:16B, 19-21
GALATIA 5:1, 13-18
LUKAS 9:51-62

Dalam Injil Lukas hari ini dikemukakan tiga hal yang patut kita perhatikan: 1. Yesus ditolak kehadiran-Nya oleh orang-orang Samaria. 2. Ada orang yang berkata: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi”. Dan Yesus menyahut: “Ikutlah Aku!”. Orang itu menjawab: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku”. 3. Yesus menjawab: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati, tetapi engkau pergilah dan beritakanlah Kerajaan Tuhan di mana-mana!”

Ketiga-tiga hal yang disampaikan dalam Injil kepada kita memang ada hubungannya satu sama lain. Tetapi pada kesempatan ini marilah perhatian kita ditujukan kepada hal yang ketiga, di mana kata-kata Yesus terdengar sangat keras bagi hati kita: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”.

Bukankah ini bertentangan dengan Perintah Tuhan yang keempat: “Hormatilah ibu-bapamu”? Dalam Injil Yesus minta orang yang mahu mengikut-Nya untuk tidak memikirkan dan harus melupakan pemakaman bapanya. Bahkan di dalam Injil lain Dia menekankan, bahawa siapapun yang lebih mengasihi bapa dan ibunya melebihi Diri-Nya, tidak layak menjadi murid-Nya! — Tetapi serangan terhadap kata-kata Yesus itu ditanggapi dengan kata-kata Yesus lain, yang menegaskan tetap berlakunya nilai tinggi ikatan keluarga, seperti kesatuan perkawinan yang tidak terpisah, dan kewajiban menolong bapa dan ibu setiap orang.

Sebenarnya titik tolak yang harus kita perhatikan dalam menghadapi ibaratnya “pertentangan” kata-kata ajaran Yesus ialah pertanyaan mendasar yang pernah disampaikan kepada murid-murid-Nya: “Siapakah Ibu-Ku? Dan siapakah saudara-saudara-Ku? Dan jawaban yang diberikan-Nya sendiri berbunyi: “Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di syurga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibuKu” (Mat 12:48-50).

Ternyata Yesus sama sekali tidak menghapus ikatan insani keluarga, sebagai ikatan antara manusia menurut tata hubungan duniawi. Ia menambahkan dan mewahyukan suatu susunan keluarga baru, di mana Tuhan adalah Bapa, sedangkan laki-laki dan perempuan semua itu adalah saudara, iaitu berkat iman kepercayaan yang sama kepada Yesus Sang Penyelamat!

Latar belakang budaya dan adat istiadat Yahudi sezaman dengan Yesus patut diperhatikan. Menurut budaya mereka seorang anak lakilaki hanya diberi izin meninggalkan rumah keluarga untuk belajar Taurat. Tetapi Yesus untuk zaman-Nya tidak berkata, “Barangsiapa mengasihi bapa dan ibu melebihi Taurat tidak layak terhadap Taurat”.

Yesus berkata, “Barangsiapa mengasihi bapak atau ibunya melebihi Aku, tidak pantas menjadi murid-Ku”. Yesus menempatkan diri-Nya di atas kedudukan Taurat, dan itu memang hanya mungkin dilakukan oleh seseorang yang memang lebih besar atau tinggi daripada Taurat ataupun Musa meskipun telah memaklumkannya.

Nah, memang Injil Lukas hari ini yang memberikan ceritera kepada kita tentang keinginan seseorang untuk mengikut Yesus. Tetapi juga diikuti penegasan Yesus tentang syaratnya untuk dapat mengikutNya.

Sepintas lalu syarat yang diajukan Yesus itu memang menimbulkan hal-hal yang bertentangan. Tetapi apabila kata-kata Yesus yang diucapkan-Nya pada suatu kesempatan, ditempatkan dan ditafsirkan dalam hubungan atau konteksnya dalam khabar gembira sebagai keseluruhan, ternyata halhal yang kelihatannya  bertentangan itu justeru memberikan keterangan yang benar dan utuh.

Injil pada hari ini justeru memberitakan intisari khabar gembira yang sebenarnya. Dan hanya Yesuslah yang dapat melakukannya! Sebab hanya Dialah yang memilik otoritas/wewenang untuk melakukannya. Yesuslah yang dapat menunjukkan urutan hirarki nilai yang benar! Tetapi tiada seorang pun akan mahu dan mampu menerima ajaran Yesus, apabila ia tidak mahu menerima peribadi-Nya
sebagai Sang Penyelamat.

Gereja adalah “Keluarga Tuhan”. Gereja sebagai keluarga yang didirikan oleh Kristus tidak bertentangan dengan keluarga manusiawi kita. Gereja adalah pewarta kebahagiaan keluarga yang sejati dan merupakan penjaminnya.

Maka sangat sayanglah bahawa banyak pertentangan pendapat dalam masyarakat kita yang menghambat ajaran dan daya upaya Gereja untuk melindungi dan menyelamatkan keluarga dalam hidup perkahwinan dan pekerjaan. Marilah kita semua sebagai Gereja makin sedar bahawa kita dipanggil untuk ikut berusaha, ikut membawa keluarga kita masing-masing dan keluarga sesama kita kepada kebahagiaan sejati menurut ajaran Yesus Kristus.--IJN

Total Comments:0

Name
Email
Comments