Banjarmasin (ANTARA News) - Masyarakat Anjir wilayah kecamatan di Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan hingga Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah kini panen raya padi lokal jenis Unus dengan hasil produksi yang cukup memuaskan.

Di Anjir Trans Kalimantan kilometer 18 yang masuk perbatasan Kabupaten Barito Kuala (Batola), Minggu dilaporkan panen padi sudah berlangsung hampir dua pekan ini, dan rata-rata petani mendapatkan hasil cukup baik.

Salah seorang petani Desa Handil di daerah itu, Ahmad Mursin mengungkapkan, rata-rata hasil padi yang didapat petani setiap "borong" atau seluas 17 meter x 17 meter (17 meter persegi) antara 9-10 blek (1 blek setara 20 liter).

"Padi yang dihasilkan tahun ini masih cukup baik," ujarnya.

Menurut dia, panen padi tetap dilaksanakan masyarakat secara manual, dengan cara disabit atau ditebang dengan arit.

"Sebagian memang sudah ada memanen dengan bantuan mesin alat pemanen, bahkan ada pihak swasta yang menyewakan alat modern, sejenis alat berat  yang padinya bisa langsung bersih," tuturnya.

Kabar dari mulut ke mulut yang didapatnya, alat pemanen bantuan pemerintah tidak bisa digunakan oleh para petani, sebab tidak cocok.

"Katanya mesin pemanen bantuan pemerintah itu membuat padi jadi tahambur (berserakan), sebab wadah penampungnya kecil," ucapnya.

Salah seorang petani lainnya di Anjir Trans Kalimantan kilometer 12 masuk Kabupaten Kapus di desa Handil Mantat bernama Ardiansyah (50), bahwa panen di daerahnya rata-rata petani menghasilkan lebih 100 blek.

Menurut dia, panen masih dilakukan secara manual, bahkan untuk merapai atau memisahkan butiran padi dengan tangkainya sebagian petani ada yang masih dengan cara diinjak-injak.

"Sebagian memang sudah ada yang menggunakan jasa mesin agar lebih cepat," paparnya.

Menurut dia, rata-rata padi yang dipanen adalah padi unggulan lokal jenis unus dan unus karang dukuh kunung yang harganya saat ini sekitar Rp75 ribu per bleknya.

"Harga padi (gabah kering) saat ini mulai turun, sebelumnya melebih Rp100 ribu per blek," tutur petani yang bisa menghasilkan panen padi hingga 500 blek per tahun itu.

Dari pantauan Antara di wilayah Anjir itu, masyarakat sudah mulai banyak yang melakukan penjemuran padi di depan rumah masing-masing.

Setelah itu, para petani melaksanakan pembersihan padi, yakni, memisahkan butiran hampa dan serpihan batang/tangkai daun tanaman dengan menggunakan alat bernama Gumbaan (jenis alat tradisional), selanjutnya dibuat dalam karung dan disimpan di gudang.

Pewarta: Sukarli
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015