Tragedi Hercules: Mulyono pamit tengok cucu tapi tak kesampaian

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tragedi Hercules: Mulyono pamit tengok cucu tapi tak kesampaian
“Ini (Alesha) cucu pertama, bapak katanya kangen melihat cucunya”

 

MALANG, Indonesia — Purnawirawan Mulyono sudah lama tidak menengok keluarganya di Pulau Bintan. Dia pun berpamitan, menitipkan kebun obat pada tetangganya dan terbang dengan pesawat Hercules dari Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh, Malang. 

“Bapak berangkat untuk menjenguk cucunya, sejak terakhir bertemu saat istri saya melahirkan,” kata menantu Mulyono, Letnan Fajri narotama, pada Rappler, Rabu, 1 Juli. Istri Fajri, Adilia Yusticia melahirkan setengah tahun yang lalu. 

Pesan pendek bernama sukacita masuk ke telepon seluler Fajri pada Selasa, 30 Juni, Pukul 12:00. 

“Itu sms dari Bapak, dia bilang sudah berangkat dari Medan,” katanya. 

Fajri belum sempat membalas sms lantaran sedang berada di belakang kemudi. Dia bersama Adilia dan anak pertama mereka Alesha Choirunnisa sedang bergegas menuju ke Pangkalan Tanjung Pinang, tempat pesawat Hercules yang ditumpangi Multono akan mendarat.  

“Ini (Alesha) cucu pertama, bapak katanya kangen melihat cucunya,” tuturnya. 

Pada saat yang sama, di kediaman Fajri di Tanjung Uban, tetangga Fajri bersiap menyambut kedatangan Mulyono. Pria yang hangat dan supel itu akrab dengan tetangga sekitar rumah Fajri setelah 3 kali berkunjung ke sana.  

Selang 15 menit, sebuah pesan pendek kembali masuk. Aldino Dwi, adik Adilia mengabarkan kalau pesawat Hercules A-1310 terjatuh dan terbakar di Medan. Tak mudah percaya, Fajri pun mencari tahu kebenarannya dengan mengontak Pangkalan Suwondo di Medan saat itu juga.

“Kami hanya bisa pasrah dan iklas,” kata Fajri. “Tetangga yang tadinya mau berkunjung akhirnya jadi melayat.”

Titip kebun pada warga

Kebun Balai RW 9 yang biasa diurus oleh almarhum Mulyono. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Mulyono dikenal ringan tangan. Suami dari Manise dikenal enggan berdiam diri. Dia dipercaya sebagai Seksi Pembangunan dan Kebersihan Lingkungan RW 9, Perumahan Asrikaton, Kecamatan Pakis. Bersama warga lainnya, mendiang dikenal getol menghidupkan suasana balai RW 9. 

“Beliau dan beberapa warga sangat gemar berkebun dan memperbaiki balai RW. Tanah lapang di sekitar balai RW sekarang disulap jadi kebun toga (tanaman obat keluarga) dan sayur mayur, itu semua karya beliau,” kata Novi Satya Kurniawati, Ketua RT 2 sekaligus tetangga mendiang.

Aneka tanaman mulai cabai, terong, buncis, singkong, pare, kecipir hingga jagung dan bawang tumbuh subur di halaman balai RW itu. Semuanya buah dari kegiatan mendiang yang ringan tangan mencangkul lahan di sekitar balai RW. 

Namun dua bulan belakangan, bapak dari dua anak itu sering khawatir kebunnya bakal terbengkalai jika ditinggal pergi ke Tanjung Pinang. 

“Dia sering bertanya, kalau pergi siapa yang siram tanaman ini, saat itu saya tidak berpikir jika kepergian beliau kali ini untuk selamanya,” kata Novi. 

Dia merasa terpukul dengan musibah ini. Rasa kehilangan yang sangat terlihat membebaninya dan warga lain

“Saya belum bisa membayangkan kehilangan warga yang sangat ringan tangan seperti beliau,” ujar Novi. 

Kini kerabat dan keluarga di sekitar kediaman Mulyono yang lahir pada 1959 itu sabar menanti kedatangan jenazah untuk memberikan penghormatan terakhir. Setelah disemayamkan, rencananya, jenazah akan dimakamkan di Taman Makan Marga Baka, pemakaman di kompleks Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh Malang. — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!