Persamaan pemberitaan media asing soal Jokowi dan SBY

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Persamaan pemberitaan media asing soal Jokowi dan SBY

AFP

Bagaimana pemberitaan media asing mengenai Presiden Jokowi, dibandingkan dengan di era awal jabatan Presiden SBY?

 

Koran berpengaruh Wall Street Journal memberi judul “Joko Widodo Meets, Greets and Say Cheese”. Media yang menjadi rujukan pengambil keputusan di bidang ekonomi dan bisnis ini memberikan perhatian besar atas kehadiran Presiden Joko “Jokowi” Widodo di arena pertemuan tingkat tinggi pemimpin ekonomi negara anggota kerjasama ekonomi Asia Pasifik, APEC, di Beijing, 10-11 November lalu. Judul di atas ditempelkan pada galeri foto-foto pertemuan antara Presiden Jokowi dengan pemimpin ekonomi lain, yakni Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Tiongkok Xi Jinping, dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.                

Juru kamera WSJ, sebagaimana juru kamera media lain, mengikuti gerak-gerik dan agenda pertemuan Presiden Jokowi. Pertemuan APEC adalah debut internasional yang pertama bagi Jokowi setelah resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia. “Jokowi adalah pemberi daya tarik paling besar dalam KTT APEC,” tulis WSJ.   

Foto Jokowi dengan Obama diberi keterangan, “Dengan Obama yang menghabiskan beberapa tahun masa kecilnya di Indonesia. Obama menyebut negeri ini sebagai model bagi kebanyakan negara muslim.”             

Jabat tangan Presiden Jokowi dengan PM Shinzo Abe pun dikomentari WSJ. “Kedua orang ini tersenyum kepada kamera, tidak seperti [suasana] yang jauh lebih dingin yang juga berlangsung pada hari yang sama antara PM Abe dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.” 

Dalam artikel yang terbit hari kemudian,WSJ juga mengulas pamor Jokowi kalah dibanding Ibu Negara Tiongkok, Peng Liyun.  “Busana dan penampilannya [Mdm Peng Liyun], menjadi topik utama diskusi di China. Ini hal yang tidak biasa dilakukan terhadap peragaan kemewahan yang ada di sekitar para pemimpin dan keluarganya di negara lain,” kata Ernest Bower, kepala eksekutif Bower Asia yang sebelumnya memprediksi Jokowi akan menjadi bintang KTT APEC.                

Media berpengaruh lain yang mengamati Jokowi adalah majalah TIME. Majalah ini menurunkan judul “A New Hope” menyambut Presiden Jokowi. TIME juga memasukkan sosok Jokowi sebagai orang Indonesia pertama yang layak dipertimbangkan dan dipilih sebagai salah satu yang berhasil menarik perhatian pembacanya, sehingga masuk dalam nominasi TIME “Person of The Year”. Hasil pemungutan suara lewat digital akan diumumkan pada 8 Desember tahun ini. 

Media memberitakan sejauh ini suara untuk Jokowi mengalahkah Presiden Obama. Popularitas Obama jauh menurun di era kedua masa jabatannya. Padahal Obama pernah menjadi orang paling populer sedunia, karena menjadi presiden pertama di AS yang berkulit hitam. TIME menganggap Jokowi menarik karena tidak berasal dari elit partai dan juga tidak terkait dengan tokoh yang pernah berkuasa di Indonesia. 

“Indonesia’s Jokowi: Role model for Asian politics”, adalah judul tulisan Philip Bowring di www.rappler.com. Bowring tinggal di kawasan ini selama 30 tahun, dan menjadi komentator Asia untuk International Herald Tribune, juga mantan editor di Far Eastern Economic Review. Bowring mengulas proses pemilihan presiden di Indonesia dan hasilnya yang layak menjadi panutan bagi negara di kawasan ini.

Optimisme, penuh harapan

Saya tertarik membandingkan pemberitaan media asing atas Presiden Jokowi, dengan bagaimana media asing meliput Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di awal masa jabatannya yang pertama. Saya malas menulis soal pemberitaan di media lokal karena sejumlah media memang sudah menjadi megafon bagi masing-masing kandidat presiden pilihannya. Sebenarnya mayoritas media asing menurut saya berpihak ke Jokowi saat pemilihan presiden. 

Rupanya itu juga posisi media asing di awal pemerintahan SBY, pasca pelantikan 20 Oktober 2004. “Susilo Bambang Yudhoyono, also known by his initials SBY, won over voters in Indonesia’s first democratic elections with his image as a man of integrity, a strong communicator and firm leader in time of crisis,” kata Rachel Harvey, dikutip BBC News World Edition,  20 Oktober 2004. Harvey mengomentari sosok SBY yang dianggap punya integritas, kemampuan komunikasi yang bagus, dan pemimpin yang tegas di masa krisis. 

“In Indonesia, positivity is awaking. Thanks to President Yudhoyono, we believe investors are starting to feel optimistic for the first time in a long while”. Ini laporan oleh Morgan Stanley yang dikutip Singapore Business Review, Mei 2005. 

Harapan atas naiknya SBY ke kursi presiden juga ditunjukkan oleh The Times, 21 Oktober 2004. “Indonesia, with its oil, gas, gold, fertile soil, and relatively well-educated population, should be one of the economic power houses of Southeast Asia,” kata Tim Johnston, dikutip The Times, media dari Inggris. 

Pujian atas kemampuan pemerintahan SBY menarik investasi disampaikan oleh koran International Herald Tribune, 4 Juli 2005.  “The government accepted US$5.48 bilion foreign direct investment in the first five months of 2005, the Investment Coordinating Board said last month. That was almost double the amount a year earlier.” Hanya dalam lima bulan pertama pemerintahannya, SBY berhasil menarik FDI dua kali lipat dari jumlah yang didatangkan pemerintahan sebelumnya dalam setahun.

Ada banyak lagi catatan pemberitaan positif di awal pemerintahan periode pertama SBY. Saya menambahkan yang ini, “There’s a more businesslike attitude, of ‘Let’s get things done,’… Instead of going 30 kilometers per hour, you’re going 90 now”. Ini testimoni Cheong Kum Hong, Chief Investment Officer, Commerzbank Asset Management, Singapore, sebagaimana dikutip koran The New York Times, 17 Februari 2005. 

Yang intinya, mirip-mirip kesan yang disampaikan dunia usaha menyambut kehadiran Presiden Jokowi memimpin Indonesia lima tahun ke depan. Optimistis. Penuh harapan. 

Disclamer. Kutipan pemberitaan media asing atas SBY saya ambil dari buku Transforming Indonesia, kumpulan pidato SBY di forum internasional. Saya mencoba mengetikkan kalimat yang dikutip The New York Times di atas. Ada. Ini tautan artikelnya. 

Buku ini juga memuat tulisan yang nuansanya positif dan penuh harap terhadap SBY, yang ditulis oleh Kishore Mahbubani,  Profesor Takashi Shiraishi, Profesor Donald K. Emerson, juga jurnalis seperti Greg Sheridan dan Adam Schwarz.

Tulisan ini saya  buat untuk menunjukkan betapa besar harapan media asing saat SBY naik ke kekuasaan di tahun 2004.  Harapan yang sama tergambar atas kepemimpinan Jokowi. Bagaimana Jokowi bisa “memelihara” harapan itu dalam lima tahun ke depan, itu pertanyaannya. —Rappler.com

Uni Lubis, mantan pemimpin redaksi ANTV, nge-blog tentang 100 Hari Pemerintahan Jokowi. Follow Twitter-nya @unilubis dan baca blog pribadinya di unilubis.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!