Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produksi Padi di Bali Turun 0,21 Persen

Warta Ekonomi -

WE Online, Denpasar - Bali memperkirakan produksi padi sebanyak 864.920 ton gabah kering giling (GKG) selama tahun 2014, menurun 17.172 ton atau 1,95 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 882.92 ton.

"Penurunan produksi padi itu akibat berkurangnya luas panen dan pengaruh musim kemarau," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Minggu (9/11/2014).

Ia mengatakan, berkurangnya luas panen mencapai 6.704 hektare atau turun 4,46 persen, sebagai akibat penundaan tanam karena adanya perbaikan sarana irigasi di wilayah Kabupaten Badung dan Kabupaten Klungkung. Selain itu juga ada tanaman puso sebagai akibat musim kemarau, sehingga tanaman padi tidak mendapat pengairan sebagaimana mestinya.

Panasunan Siregar menambahkan, angka ramalan dua tahun 2014 mencatat produksi padi pada subround ( yakni periode Januari-April 2014 mengalami peningkatan sebesar 2,41 persen atau naik 6.996 ton KGK jika dibandingkan subround yang sama tahun 2013. Peningkatan tersebut berkat adanya perbaikan produktivitas sebesar 2,57 persen atau naik 1,55 kuintal per hektare.

Kondisi itu berkat beberapa faktor antara lain banyak lahan sawah di Kabupaten Jembrana, Bali Barat merupakan bekas pergiliran budidaya tanaman sumangka yang intensif menggunakan pupuk sehingga sangat baik bagi perkembangan produktivitas padi berikutnya.

Penggunaan volume pupuk organik dan anorganik pada petani sawah di Kabupaten Buleleng, Bali utara mengalami peningkatan dibandingkan subround yang sama tahun sebelumnya.

"Sedangkan di Klungkung serangan hama tanaman sangat ringan dibandingkan tahun sebelumnya sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi padi," ujar Panasunan Siregar.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana dalam kesempatan terpisah menjelaskan, petani Bali dalam menghadapi musim kemarau disarankan mengembangkan tanaman palawija sementara waktu.

Penyesuaian pola tanam di lahan sawah yang berisiko mengalami kekeringan maupun di daerah itu sedang dilakukan perbaikan saluran irigasi, dengan harapan petani tetap memperoleh penghasilan.

Petani di sejumlah subak memang telah mengikuti anjuran tersebut, namun sebagian lainnya tetap menanam padi, karena tergiur dengan harga jual gabah yang cukup mahal, akibatnya mengalami kesulitan air pengairan dalam musim kemarau sehingga kena dampak kekeringan, bahkan sampai gagal panen.

Seluas 119 hektare tanaman padi di Bali mengalami gagal panen (puso) dari total lahan pertanian yang mengalami kekeringan seluas 425,42 hektare hingga pertengahan September 2014. Intensitas kekeringan paling luas terjadi di wilayah Kabupaten Buleleng yakni 228,92 hektare, menyusul Tabanan seluas 101 hektare, Jembrana 87,5 hektare dan Kota Denpasar delapan hektare.

Lahan pertanian yang dilanda kekeringan itu tidak semuanya gagal panen, karena intensitas kekeringan yang terdiri atas intensitas ringan, sedang dan berat itu diharapkan masih bisa menghasilkan. Namun yang tergolong puso atau tagal panen hanya tercatat 119 hektare, tersebar di Kabupate Buleleng 70 hektare dan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan 47 hektare. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: