Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspansi Membara Penambang Milik Negara (Bagian II)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta- Sepak Terjang Internal- PTBA merupakan emiten batubara yang kompetitif dalam menggenjot produksi. Beberapa indikator mengenai kinerja bisnis sejak lima tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan positif. Kapasitas railway dan volume penjualan mengalami peningkatan, masing-masing pada tahun 2009 sebesar 10,5 juta ton dan 12,5 juta ton menjadi sebesar 12,8 juta ton dan 17,8 juta ton hingga akhir 2013.

Di tengah penurunan harga batubara dunia tahun ini, Bukit Asam diperkirakan masih menunjukkan kinerja positif. Selama lima tahun terakhir Bukit Asam mencatat penurunan pendapatan hanya terjadi pada 2010, setelahnya Bukit Asam tumbuh positif.

Pada kuartal pertama tahun ini, penjualan naik 11% year on year (yoy) menjadi Rp2,77 triliun meskipun adanya penurunan indeks patokan penjualan global rata-rata batubara pada periode ini. Pada periode yang sama, Bukit Asam mencatat peningkatan laba sebesar 3,9% yoy yang menunjukkan adanya pemotongan biaya produksi dan penerapan strategi pemasaran baru. Pendapatan bersih PTBA ini uga meningkat menjadi Rp536 miliar selama tiga bulan pertama tahun ini dari Rp493 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Apabila teknologi konversi batubara kalori rendah menjadi menjadi minyak mentah dan batubara kalori tinggi yang tengah dikembangkan dapat terealisasi, Bukit Asam dapat melakukan ekspor tidak lagi dalam bentuk bahan mentah. Selama ini negara-negara tujuan ekspor Bukit Asam, misalnya China yang paling besar, masih menggunakan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Sehingga, daya tawar posisi produsen lebih tinggi dibandingkan negara pengimpor. Kerjasama ini juga menunjukkan poros kekuatan negara pengekspor di Asia Tenggara dan Australia.

Akhir tahun lalu saja PTBA sudah berencana melakukan ekspansi ke Myanmar untuk membangun pembangkit listrik PLTU 2x100 megawatt dan tahap kedua 2x200 megawatt senilai total US$900 juta dalam beberapa tahun ke depan. Aksi ini sudah dijajaki secara terperinci, bahkan sudah menemukan rekanan lokal.

Kemampuan Bukit Asam dalam mengatur strategi perusahaannya tidak terlepas kepemilikan anak usaha yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang juga menyerap batubara sebagai bahan bakarnya. Meskipun anak usaha PTBA di bidang batubara rugi karena gejolak harga, namun setidaknya anak usaha di bidang PLTU diuntungkan.

 

Produksi Peralatan Tambang

Di samping rencana ekspansi yang tengah membara, Bukit Asam juga tengah masuk kuadran sebagai produsen peralatan tambang. Workshop PTBA ini sudah ngebul meskipun dalam kapasitas terbatas bahkan sudah dipakai di tambang internal.

Peralatan yang sudah diujicobakan dan sudah dipakai mencakup alat pendukung untuk membongkar batubara. Kemudian ship loader, alat untuk memuat batubara dari pelabuhan ke kapal.

“Itu kita coba, meskipun belum 100% ya. Sudah proven, sudah dioperasikan. Dan kedepan kita akan tingkatkan kapasitasnya,” papar Milawarma bangga.

Shiploader misalnya, saat ini baru pada kelas tongkang. Tidak kecil hati, awak Milarwarma menyanggupi kedepannya akan diujicobakan untuk dikembangkan menjadi sekelas pelabuhan-pelabuhan laut dalam.

Bos PTBA tersebut menyatakan workshop yang dimilikinya cukup memadai. Bahkan kini sedang melakukan penjajakan dengan partner dari Jerman dalam penerapan kemampuan teknologi yang dimilikinya untuk diadaptasikan dengan ketersediaan prasarana yang dimiliki PTBA. Bukan hanya teknologinya saja, tetapi sumberdaya manusia PTBA berada dalam frekuensi kemampuan yang sama dengan produsen di negara Jerman.

“Kita kawinkan untuk bikin peralatan yang spesifik, lebih menguntungkan. Dan dibutuhkan untuk peralatan-peralatan tambang,” cetusnya.

Tahap yang ditempuh PTBA saat ini baru penjajakan, hal ini dilakukannya karena Bukit Asam ingin menggantikan peralatan yang masih menggunakan sumber tenaga dari bahan bakar minyak. Hanya 30% peralatan tambang PTBA yang berbasis listrik, selebihnya sebesar 70% masih menggunakan bahan bakar minyak.

“Tujuan kedepannya kalau bisa 100% itu berbasis listrik. Tapi yang dihasilkan dan cocok dengan kondisi lokal Indonesia. Ini yang akan kita kembangkan,” jelasnya.

Peralatan tambang yang dikembangkan Bukit Asam secara spesifik berupa coal handling equipment, bukan dump truck atau eskavator. Target dari workshop Bukit Asam bahkan lebih tinggi dari memenuhi kebutuhan sendiri, yakni dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.

 

Sumber: Majalah Warta Ekonomi Nomor 10 Tahun 2014

Baca Juga: Kasus DBD di Bali Melonjak di Awal Tahun, Tembus 1.566 Kasus!

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: https://wartaekonomi.co.id/author/jajang
Editor: Arif Hatta

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: